TAMASYA HALAMAN BELAKANG #2: Menjelajahi Kedalaman Diri dalam Pusaran "Rhizoma"
Jember, 6 Juli 2025 – Balai RW Institute kembali menjadi saksi bisu, sekaligus katalisator, bagi sebuah peristiwa budaya yang memantik diskusi mendalam. Program Tamasya Halaman Belakang #2, yang mengusung tema “Rhizoma”, baru saja menggelar open studio penciptaan performance art yang memukau. Sejak Senin, 30 Juni 2025, enam seniman muda telah menyelami persoalan personal mereka, mentransformasikannya menjadi karya seni performatif yang menantang batas dan mengajak audiens untuk terlibat dalam obrolan kolektif yang jujur.
Digagas sebagai kolaborasi visioner antara Natalius Yuda (Komunitas Akar Retak) dan Edwin Roseno Kurniawan (Komunitas Studi Ruang Tutur Nusantara), Tamasya Halaman Belakang II: Rhizoma lebih dari sekadar lokakarya seni. Ini adalah ruang inkubasi, sebuah laboratorium metodologis tujuh hari yang mengubah fragmen personal menjadi narasi kolektif. Yuda, dengan pendekatan Akar Retak, menyelami keretakan identitas dan trauma sosial sebagai sumber penciptaan. Sementara itu, Edwin Roseno Kurniawan melalui Studi Ruang Tutur, mengeksplorasi tubuh, ruang, dan lisan sebagai medium pengetahuan. Sinergi keduanya membentuk kerangka program yang mentransformasikan “halaman belakang” kesadaran—kegelisahan, kerentanan, ingatan—menjadi panggung wacana publik.
“Rhizoma”: Sebuah Metafora dan Metodologi
Pemilihan judul “Rhizoma” bukan tanpa alasan. Dalam botani, rhizoma atau rimpang adalah batang tumbuhan yang tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah, menghasilkan akar dan tunas baru dari nodusnya. Konsep ini, dalam konteks Tamasya Halaman Belakang #2, menjadi metafora kuat sekaligus metode operasional. Ia melambangkan bagaimana gagasan dan pengalaman personal, sekalipun tersembunyi, dapat tumbuh, menjalar, dan membentuk jaringan makna baru yang saling terhubung.
Program intensif ini dirancang sebagai perjalanan kolektif yang intim dan transformatif. Dimulai dengan penelusuran akar historis dan sosio-kultural performance art (Hari 1-2) – bukan sebagai kajian teoretis semata, melainkan pencarian cermin untuk memahami bagaimana tubuh, ruang, dan waktu telah digunakan sebagai alat ekspresi sekaligus perlawanan sepanjang sejarah.
Perjalanan kemudian berbelok ke dalam melalui “pembacaan diri” yang kritis (Hari 3). Peserta diajak mengidentifikasi persoalan personal dan membongkar bagaimana narasi diri terbentuk oleh konteks sosial yang lebih luas. Tahap ini menjadi fondasi bagi transformasi esensial: mengalihwahanakan kegelisahan privat menjadi premis artistik yang universal (Hari 4-5). Dengan pendekatan lintas disiplin, peserta dilatih menganalisis ulang persoalannya dari berbagai sudut pandang, mencari titik temu di mana yang personal bersinggungan dengan yang publik. Ruang Balai RW sendiri, sebagai lokus kegiatan, berperan aktif—menjadi saksi sekaligus katalisator yang mengingatkan bahwa seni tumbuh dari realitas komunitas sekitarnya.
Klimaks program terletak pada negosiasi gagasan ke dalam bentuk performatif (Hari 6) dan terutama pada Open Studio (Hari 7) yang menjadi jantung konsep. Open studio ini bukan sekadar pertunjukan final, melainkan ritual partisipatif di mana batas antara pencipta-penonton-pengamat sengaja dikaburkan. Audiens diundang bukan sebagai konsumen pasif, tetapi sebagai mitra aktif dalam menyempurnakan makna—tubuh mereka, reaksi mereka, interaksi mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari karya. Di sinilah “halaman belakang” metaforis benar-benar terbuka untuk umum: ruang privat (ide, emosi, tubuh peserta) berubah menjadi ruang publik (peristiwa, wacana, respons kolektif).
Para Penjelajah “Rhizoma”: Mengenal Lebih Dekat Para Performer
Enam seniman muda telah berani menyingkap “halaman belakang” diri mereka, membagikan kerentanan dan kegelisahan personal sebagai bahan bakar penciptaan. Berikut adalah profil singkat para penampil yang turut menyukseskan Tamasya Halaman Belakang #2:
Prima Firnanda Lahir di Jember, 14 Maret 2001, Prima memandang seni sebagai ruang belajar untuk mengolah pikiran. Kini fokus pada musik dan teater, Prima tertarik pada proyek ini karena Tamasya Halaman Belakang memberikan ruang untuk belajar, membantu proses, dan merangsang dirinya menemukan medium-medium seni baru.
Abdul Aziz (Bedu) Lahir di Bondowoso, 25 Maret 2001, Bedu termotivasi dalam seni untuk mencari tempat ekspresi tanpa batasan. Ia kini berfokus pada seni rupa, termasuk rupa dan seni digital, sebagai medium ekspresinya. Terlibat dalam proyek performance art ini, Bedu berproses dan belajar membaca persoalan pribadi untuk diolah menjadi sebuah performance art.
M. Dhorivan Nabil Lahir di Jember, 04 September 1999, Dhorivan telah berkesenian sejak bangku SMA dan kini bekerja di Kolektif Akaretak sebagai penulis, performer, dan tim artistik. Pada THB #2, ia mempresentasikan pementasan “Lembaga Pelatihan Wali Tuhan”. Presentasi tersebut mencoba mendudukkan ulang antara pengetahuan, dogma keluarga, dan perasaan yang saling bernegosiasi dalam pengalaman hidupnya (otobiografi). Kerentanan dalam negosiasi tersebut dipresentasikan sebagai bagian dari proses menjadi yang akan terus menuju.
Wildan Hasan (Williams) Lahir pada 16 Februari 2002 di Banyuwangi, Wildan, yang akrab disapa Williams, meyakini seni telah membuka mata dan mengajarkan cara mengungkapkan ekspresi. Pada THB #2, pertunjukannya yang bertajuk “Mengeja-kulasi Diri” mempresentasikan persoalan intim yang tak mampu dibahasakan bibir, menunjukkan kerentanan pada ruang antara di luar realitas yang mempertemukan ingatan buruk dan ingatan kerinduan.
Adam Ramadan Putra Laki-laki yang lahir pada 20 November 2001 ini suka mengobrol tapi tidak suka banyak bicara, layaknya menonton podcast secara langsung. Ketertarikannya pada seni, terutama teater, muncul dari proses penciptaan karya yang membuka banyak obrolan. Adam menemukan dirinya yang baru di Tamasya Halaman Belakang, seperti bisa bermain dengan cara baru dan belajar tanpa kaku.
Rafi Ainur Rofiq Penggemar SDD ini lahir di Banyuwangi pada 21 Maret 2001. Bagi Rafi, seni bukan sekadar ekspresi, melainkan ruang penyelamatan batin—tempat di mana hal-hal yang tak bisa diucapkan diberi kesempatan untuk bercerita dan tumbuh. Ia meyakini bahwa tubuh manusia menyimpan banyak yang tak tercatat; luka, kegelisahan, dan pertanyaan yang belum sempat diutarakan. Gerak keseniannya hari ini berada pada teater dan sastra. Dalam THB #2, Rafi menyuguhkan performance art dengan judul “Masih ingatkah kau jalan pulang?” yang terinspirasi dari buku kolaborasi Sapardi, membahasakan kegelisahan personal tentang bagaimana seseorang bisa membaca luka orang lain dengan tajam, namun gagal mengenali lukanya sendiri. Proyek ini menjadi semacam ruang kontemplasi, tempat di mana tubuh menjenguk dirinya sendiri yang selama ini terabaikan.
Seni sebagai Tamasya Demokrasi Budaya
Para Pendamping Lokakarya menekankan tiga poros utama: Pertama, kesadaran bahwa performance art adalah medium reflektif yang ampuh untuk mengartikulasikan kompleksitas identitas dalam konteks lokal-global.
Kedua, keyakinan bahwa transformasi isu personal menjadi diskursus publik adalah tindakan politik yang memberdayakan.
Ketiga, komitmen pada ekosistem seni inklusif di akar rumput, di mana masyarakat bukan objek melainkan subjek penciptaan.
Dengan menjadikan kurasi sebagai proses dialogis—mulai dari diskusi teks hingga uji karya langsung—program ini berhasil mengubah Balai RW dari sekadar ruang fisik menjadi “panggung utama” demokratis. Di sinilah “halaman belakang” setiap individu diakui sebagai sumber pengetahuan kolektif dan potensi perubahan sosial. “Tamasya” ini, pada hakikatnya, adalah tamasya demokrasi budaya—di mana seni hidup dari, oleh, dan untuk ruang bersama yang manusiawi.
Tamasya Halaman Belakang #2: Rhizoma telah membuktikan bahwa seni mampu menjadi jembatan antara yang personal dan publik, memicu dialog yang esensial, dan menyuburkan koneksi tak terduga dalam ekosistem budaya. Seni yang lahir dari sini akan terus tumbuh, menjalar, dan membentuk jaringan makna baru bahkan setelah lokakarya usai.
Link Download Katalog Rhizoma Performace Art
https://drive.google.com/drive/folders/1B6b2q6J8ZZKU2cly1yTpw7Grf863PQcC?usp=sharing
Informasi Acara:
Tema: Tamasya Halaman Belakang #2 Rhizoma
Performer: Prima Firnanda, Abdul Aziz, M. Dhorivan Nabil, Wildan Hasan, Adam Ramadan, Rafi Ainur Rofiq
Hari/Tanggal: Minggu, 06 Juli 2025
Waktu: Pukul 19.00 WIB – Selesai
Lokasi: Balai RW Institute
Editor : KaBerBuTak 090725
Pewarta Tulis [JRS]